Jumat, 12 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (Tugas Part.2 Dasar Epid)

A.MALARIA
  •  Kasus Malaria
Indonesia merupakan negara dengan angka kesakitan dan kematian akibat malaria cukup tinggi Penyakit ini sejak lama telah membunuh ribuan manusia di Indonesia. Pada Tahun 2003 diperkirakan 50 orang menderita malaria per 1000 penduduk Salah satu sebab suburnya penyakit malaria di Indonesia adalah iklim atau lingkungan yang mendukung berkembangbiaknya nyamuk anopheles yang merupakan nyamuk penyebab penyakit malaria. Untuk membarantas dan membebaskan Indonesia dari penyakit malaria, Departemen Kesehatan RI telah mengupayakan berbagai kebijakan dan strategi. Malaria adalah penyakit yang disebabkab oleh sekelompok parasit yang disebut plasmodium . Plasmodium adalah parasit yang hidup dalam sel darah merah. Parasit merupakan organisme (mahluk hidup ) yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Seseorang dinyatakan positif menderita Malaria jika di dalam darahnya ditemukan parasit plasmodium melalui pemeriksaan mikroskopis.

  •  Tindakan Penyelidikan Epidemiologi yang Dilakukan Jika Terdapat Kasus Malaria
1.Pencarian data penderita atau tersangka malaria lainnya,dan melakukan pengujian determinan terhadap kasus malaria ini.atau mencari penderita malaria baik secara aktif melalui kegiatan Mass Blood Survey ( MBS ) maupun pasif ( rutin puskesmas
2.memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent, host, dan enviroment ).
3. Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang biak, maka harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk Anopheles, dan membunuh kuman yang ada dalam tubuh manusia dengan cara pengobatan. Upaya yang dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria.
4. Untuk melenyapkan nyamuk anopheles, maka harus membunuh nyamuk anopheles dengan penyemprotan nyamuk, dan melenyapkan tempat perindukan nyamuk.
5. Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara tidak membiarkan adanya genangan-genagan air di lingkungan manusia.
6. Menghimbau untuk menggunakan kelambu waktu tidur dan memakai lation anti nyamuk, dll.
7. Melakukan penyuluhan tentang penyakit Malaria.
  •  Berbagai tindakan yang dapat dilakukan agar terhindar dari bahaya penyakit malaria, yaitu :
1.pada larva : yaitu dengan cara menyingkirkan / memodifikasi habitat-habitat larva, juga melakukan pemberantasan habitat larva dengan insektisida.
2.Pada dewasa : pencegahan dapat dilakukan dengan cara menggunakan pakaian pelindung, penggunaan kelambu, penggunaan lotion penolak nyamuk serta penggunaan insektisida.
3. Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN)
4.Jangan membiasakan menggantung baju setelah dipakai karena ini bisa digunakan sebagai sarang nyamuk
5. Membersihkan semak-semak, Membuka jendela dan memasang genteng kaca,Mengecat rumah dengan warna terang, Mengalirkan air tergenang,Menimbun lubang/kubangan/cekungan tanah yang dapat menampung air;
6. Menebar kan pemakan jentik, Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.

B.CAMPAK
  •  Penyakit Campak
Merupakan penyakit yang sangat menular pada masa anak-anak, tetapi juga menyerang orang dewasa. Gejala-gejala campak cukup menakutkan. Anak-anak yang kurang gizi mudah terserang komplikasi yang fatal.Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Rubeola, ditularkan melalui batuk, bersin dan tangan yang kotor oleh cairan hidung. Penyelidikan KLB campak harus segera diselidiki untuk melakukan diagnosa secara dini (early diagnosis), agar penanggulangan dapat segera dilaksanakan.

  •  Tindakan Penyelidikan Epidemiologi yang Dilakukan Jika Terdapat Kasus Campak
a.jika ditemukan terdapat kasus penyakit campak

1.Pencarian data penderita atau tersangka penderita campak ,dan melakukan pengujian determinan terhadap kasus malaria ini.atau mencari penderita campak baik secara aktif melalui kegiatan Mass Blood Survey ( MBS ) maupun pasif ( rutin puskesmas).
2. Bila terdapat lebih dari 5 penderita dalam 4 minggu berturut-turut mengelompok secara epidemiologis di wilayah puskesmas lakukan penyelidikan KLB menggunakan folmulir C1 dan C2.
3.Identifikasi dan isolasi penderita campak secara tepat
4.pendataan semua petugas,pasien dan pengunjung yang berpotensi terpajan campak harus dilakukan segera mungkin ,khususnya juka terlihat kasus yang dicurigai dalam ruang gawat darurat.
4.identifikasi semua petugas ,pasien dan pengunjung yang terpejan.
5.Evaliasi kekebalan pada semua petugas dan pasien yang terpajan
6.larangan kerja bagi petugas yang rentan dari hari ke lima setelah keterpajan pertama sampai dengan hari ke-21 sesudah keterperajan yang terakhir pada penyakit campak.
7.isolasi semua pasien yang rentan terperajan penyakit cacar
8. Pengobatan simtomatik (antipiretik)
9 Pemberian antibiotic bila ada komplikasi, bila berat segera dirujuk ke RS.
10.penyediaan vaksin campak bagi orang-orang yang rentan untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut

b.Jika tidak ditemukan kasus KLB campak yaitu cukupdengan mengadakan sosialisasi tentang penyakit campak dan menghimbau kepada para orang tua agar mengiminisasikan bayi-bayi mereka rutin pada usia 9-11 bulandan memberikan imunisasai tambahan(suplemen)

C.KEMATIAN IBU
  •  Konsep
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
ketika kita ingin mengetahui apakah kasus kematian ibu di suatu daerah tertentu tinggi apa tidak maka kita harus mengetahui data jumlah kematian ibu tiap tahunya pada daerah tersebut,caranya adalah dengan meminta data kepada puskesmas setempat,bidan atau kepada kelurahan yang bersangkuatan,ketika kita sudah mempunyai data yang kita inginkan kita bisa mencari tahu penyebab dari kasus kematian ibu tersebut caranya dengan mengadakan survai langsung ke masyarakat yang bersangkutan misalnya dengan wawancara dll.Seperti yang kita tahu penyebab terbanyak kematian ibu di Indonesia adalah Pendarahan, infeksi, hipertensi kehamilan serta abortus tidak aman.Cara yang bisa dilakukan agar menurunkan angka kematian ibu diantaranya;
1. Mensosialisasikan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),dengan menggunakan “stiker” ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga).
2. Untuk menghindari kasus kematian ibu akibat pendarahan salah satunya dengan menghimbau agar pasangan usia subur untuk ikut program KB,karena kasus pendarahan salah satunya akibat dari seringnya melahirkan oleh ibu-ibu usia subur.
3. Memperbaiki pelayanan kesehatan untuk ibu hamil oleh pemerintah sehingga ibu hamil mudah untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
4.Menghimbau agar Selama masa kehamilan ibu harus mendapatkan asupan makanan yang baik, hygiene dan sanitasi lingkungan yang baik pula.
5. mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil.

D.LAHIR MATI/KEMATIAN BAYI

DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pas-cakelahirannya.Melihat kenyataan yang seperti itu maka kejadian AKB harus ditangani secara serius,diantaranya dengan:
1. Untuk para ibu hamil disarankan melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga kondisi bayi di dalam kandungan dapat diketahui dan apabila ada gangguan segera dapat diketahui.
2. Untuk ibu yang mempunyai balita, dihimbau untuk membawa bayi atau balitanya ke Posyandu.
3. Pemberian ASI ekslusif pada bayi dan balita dapat mengurangi angka kematian bayi.
4. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak.

E.TB-PARU
  •  Pengertian TB-Paru
TB Paru ialah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkanoleh basil Mycobacterium tuberculosae.11 Sebagian besar basil Mycobacterium tuberculosae masuk ke dalam jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. Penyebaran tuberkulosis ini terjadi pada penderita yang belum pernahterinfeksi sebelumnya.6 Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akanbersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarangpneumoni disebutsarang primer (afek primer). Peradangan akan kelihatan dari sarang primer salurangetah bening menuju hilus (limfangitis lokal) yang diikuti oleh pembesaran kelenjargetah bening di hilus (limfangitis regional). Limfangitis regional bisa sembuh tanpamengalami cacat, sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas dan mengalami penyebara.
A. Pengendalian Penderita Tuberkulosis.

1. Petugas dari puskesmas harus mengetahui alamat rumah dan tempat kerja penderita.
2. Petugas turut mengawasi pelaksanaan pengobatan agar penderita tetap teratur menjalankan pengobatan dengan jalan mengingatkan penderita yang lali. Disamping itu agar menunjak seorang pengawas pengobatan dikalangan keluarga.
3. Petugas harus mengadakan kunjungan berkala kerumah-rumah penderita dan menunjukkan perhatian atas kemajuan pengobatan serta mengamati kemungkinan terjadinya gejala sampingan akibat pemberian obat.
B. Pengobatan Penderita Tuberkulosis.

1. Penderita yang dalam dahaknya mengandung kuman dianjurkan untuk menjalani pengobatan di puskesmas.
2. Petugas dapat memberikan pengobatan jangka pendek di rumah bagi penderita secara darurat atau karean jarak tempat tinggal penderita dengan puskesmas cukup jauh untuk bisa berobat secara teratur.
3. Melaporkan adanya gejala sampingan yang terjadi, bila perlu penderita dibawa ke puskesmas.
C. Penyuluhan Penderita Tuberkulosis

1. Petugas baik dalam masa persiapan maupun dalam waktu berikutnya secara berkala memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas melalui tatap muka, ceramah dan mass media yang tersedia diwilayahnya, tentang cara pencegahan TB-paru.
2. Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya pada waktu kunjungan rumah dan memberi saran untuk terciptanya rumah sehat, sebagai upaya mengurangi penyebaran penyakit.
3. Memberikan penyuluhan perorangan secara khusus kepada penderita agar penderita mau berobat rajin teratur untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
4. Menganjurkan, perubahan sikap hidup masyarakat dan perbaikan lingkungan demi tercapainya masyarakat yang sehat.
5. Menganjurkan masyarakat untuk melapor apabila diantara warganya ada yang mempunyai gejala-gejala penyakit TB paru.
6. Berusaha menghilangkan rasa malu pada penderita oleh karena penyakit TB paru bukan bagi penyakit yang memalukan, dapat dicegah dan disembuhkan seperti halnya penyakit lain.
7. Petugas harus mencatat dan melaporkan hasil kegiatannya kepada koordinatornya sesuai formulir pencatatan dan pelaporan kegiatan kader.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.infopenyakit.com/2008/04/penyakit-malaria.html
http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/65-malaria
http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=59%3Aaki&catid=1%3Alatest-news〈=en
http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman/pedoman%20pencegahan%20klb%20campak.pdf
http://p4bciamis.wordpress.com/2010/08/16/campak/
http://books.google.co.id/books?id=PGeUDORSAEQC&pg=PA73&lpg=PA73&dq=hal+yang+harus+dilakukan+ketika+terjadi+wabah+campak&source=bl&ots=QKnDA03zoe&sig=pPtr-wVEF6ttQKxSknpjz_YnDAY&hl=id&ei=pFrfTI-FK5SCvgPY8bW-Dg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=5&ved=0CCwQ6AEwBA#v=onepage&q=hal%20yang%20harus%20dilakukan%20ketika%20terjadi%20wabah%20campak&f=false
Kusnindar, 1990. Masalah Penyakit tuberkulosis dan pemberantasannya di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran, No. 63 hal. 8 –12.
Depkes RI, 2001. Faktor Budaya Malu Hambat Pencegahan Penyakit Tuberkulosis, Media Indonesia Jakarta.
Depkes RI, 1997. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya. Dirjen P2M dan PLP, Jakarta.
Arifin, N. 1990. Diagnostik Tuberkulosis Paru dan Penanggulangannya, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Tjandra Y.A, 1994. Masalah Tuberkulosis Paru dan penanggulangannya, Universitas Indonesia.
Jakarta


SARI ANDRIYANI
E2A009037
Reg_1