Sabtu, 19 Maret 2011

TUGAS DPP PART.I PAK ARI WURYANTO (FOOD & WATER BORNE DISEASE)


Demam Tifoid 


PENDAHULUAN 
          Demam Tifoid adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Demam tifoid merupakan penyakit endemis di beberapa Negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.Angka kesakitan demam tifoid menurut hasil survei di rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun dan menduduki tempat nomor 2 diantara 10 penyakit menular yaitu sebesar 34 % pada tahun 1981 sampai dengan 1986. Angka kematian akibat penyakit ini mengalami penurunan sebesar 3,3 % pada tahun 1978. Selain itu beberapa peneliti juga melaporkan adanya kecenderungan terjadinya peningkatan kekebalan terhadap obat pilihan untuk terapi demam tifoid. Insidens tertinggi demam tifoid terdapat pada anak-anak. Demam tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai manifestasi klinis yang ringan.
    Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.
          Angka kematian penyakit demam tifoid di negara sedang berkembang berkisar antara 2,3 – 16,8 %,sedang hasil survai rumah sakit di indonesia sebesar 3,4%.Penyebab utama kematian penderita adalah perdarahan dan perforasi intestinal. Angka kejadian komplikasi ini berfariasi, masing – masing 1-8% untuk perdarahan intestinal dan 1-5% untuk perforasi intestinal,sedangkan angka kematiannya juga bervariasi yaitu 0,5 – 2,5 % ( perdarahan intestinal ) dan 0,8-2,7% (perforasi intestinal). Tingginya angka kematian sangat tergantung dari beberapa faktor,diantaranya adalah:
    ·         Kelambatan pada tindakan penanganan
    ·         Dosis obat kurang adekuat
    ·         Status gizi kurang
    ·         Keadan umumpenderita waktu datang
    ·         Adanya penyakit penyerta
    ·         Adanya komplikasi

    1.  MEKANISME PENULARAN
    Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih, Lalat juga bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan). Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun. Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid. Sembilan puluh persen kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmas. 

    ETIOLOGI
      Kuman penyebab utama adalah Salmonella typhi yang berhasil diisolasi pertama kali pada tahun 1880 oleh Ebert, sehingga sering dikaenal dengan sebutan “Eberthela typhosa”.(Christic,1980). Salmonella typhi adalah kuman gram negative, bentuk tipis, pendek, ukuran 2-4 x 0,5 mikron, tidak bersepora,bersifat aerob,mempunyai cambuk sehingga dapat bergerak,tidak menyebabkan fermentasi laktosa dan glukosa serta mudah dibiakkan pada biakan sederhana.(Felsen, 1951;Kafiludin 1973 ).
      Diluar tubuh manusia kuman mudah mati,misalkan tidak tahan terhadap sinar matahari, tetapi dapat bertahan pada keadaan dingin (es). Titik matinya pada media basah di air dan susu pada temperature sekitar 60 derajat celcius atau 140 derajat Fahrenhet ( Christic,1980 ;Kafiludin 1973 ).
      Pada keadaan kering sebagian besar kuman akan mati dalam beberapa jam dan amat jarang dapat bertahan hidup sampai satu bulan.Dengan desinfektan kuman S.thypi juga langsung terbunuh bila kontak dengan bahan tersebut. Pada gumpalan massa feses kuman terlindungi dan dapat hidup lama,kecuali bila ada penetrasi desinfektan.Organisme dapat hidup di dalam kakus selama beberapa hari ( 12 hari ), di dalam septi tank dapat bertahan selama 14 hari ( Hook,1997 ).
      Salmonella typhi jarang hidup pada air bersih dari 7 hari dan sering mati dalam waktu 48 jam; tumbuh subur pada susu segar, tapi hancur bila asiditas menjadi lebih tinggi ; pada ice crean dapat bertahan hidup sampai satu bulan.
        EPIDEMIOLOGI
        Insiden penyakit demam tifoid bervariasi dari tempat satu ke tempat yang lainnya dari waktu ke waktu,tersebar hamper keseluruh dunia.Di masyarkat dengan standar hidup dan hygiene yang sudah tinggi biasanya kejadian hanya secara sporadis, walaupun kadang-kadang ada letusan terlokalisasi yang berkembang,akibat penyediaan air minum dan atau susu yang terkontaminasi oleh kuman.
        Pada masyarakat dengan standar hidup dan hygiene rendah,penyakit ini cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya insidensi tinggi pada daerah tropic dibandingkan dengan daerah berhawa dingin.
        Epidemic demam tipoid biasanya terjadi akibat makanan yang terkontaminasi oleh kuman S.typhi yang mungkin didapat dari daerahendemik atau penyediaan air minum yang kurang higienis.
        “Endemik tifoid “ sering terjadi di Negara-negara Afrika,Asia,dan Amerika Tengah dan Selatan.Di Afrikan Adams (1984) mendaoatkan 1 di antara 100 penderita yang datang di poliklinik,di rumah sakit yang sama sebanyak 1,5 % penderita golongan anak masuk dengan diagnosis demam tifoid.
        Di Negara maju terutama di kota-kota metropolitan dengan krhidupan modern,biasanya hamper bebas dari penyakit ini,bila ada kasus di rumah sakit umum,mayoritas penderita berasal dari perumaghan yang kumuh, pedesaan dengan sanitasi dan penyediaan air minum yang kurang memenuhi syarat kesehatan.Di Negara berkembang insidens demam tifoid lebih tinggi di bandingkan Negara maju.Di Indonesia sendiri menurut data Sub Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Departemen Kesehatan tidak ada satu profinsi yang bebas dari penyakit demam tifoid.
        DISTRIBUSI JENIS KELAMIN
        Antara pria dan wanita pada kasus demam tifoid tidak ada perbedaan,tetapi pria lebih banyak terpapar dengan kuman S.typhi dibandingkan dengan wanita, karena aktifitas di luar rumah lebih banyak,hal ini memungkinan pria mendapatkan resiko lebih besar untuk menderita penyakit demam tifoid dibandingkan dengan wanita (Hook, 1973).
        Tetapi sebaliknya keadaan seorang “carier” kronik,biasanya lebih tinggi pada wanita, yang dinyatakan dengan perbandingan 3 : 1, sebagian besar ( 88 % )terdiri kelompok umur diatas 50 tahun (Hook, 1973; Saito,1975).
        DISTRIBUSI UMUR
        Yang paling banyak tertular penyakit demam tifoid adalah golongan umur dewasa muda.Insiden      pada golongan anak dan orang tua relative kecil,bahkan pada umur di atas 70 tahun sangat jarang.
        Sebagian besar penderita demam tifoid pada umumnya berumur antara 15 – 30 tahun yaitu 80 %, hal ini sesuai dengan laporan beberapa peneliti antara lain; Darmawan ( 1975) Sumarsono (1978)di Jakarta.
        VARIASI MUSIM
        Insiden penyakit demam tifoid tidak dipengaruhi oleh musim, tetapi di daerah diman demam tifoid menjadi endemic insiden akan meningkat pada bulan- bulan tertentu,biasanya akan meningkat pada musim panas.
        Di Indonesia sendiri akan meningkat kasusnya pada musim kemarau panjang atau dapat juga pada musim hujan hal ini sering dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan penyediaan air bersih yang kuarng bagi masyarakat.
        GEJALA DAN TANDA 
                 Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40°C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa. Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari
          . 
          DIAGNOSIS PENYAKIT DEMAM TIFOID
            Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
            1.             Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
            2.             Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.
            3.             Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.
            Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).
            Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).

             KOMPLIKASI DEMAM TIFOID
              Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak

              CARA PENCEGAHAN
              Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi

              HAMBATAN DALAM PEMBERANTASAN
                  1.      Sosial ekonomi masyarakat
                  2.      Perilaku dan peran serta masyarakat
                  DAFTAR PUSTAKA
                  Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI, 2002:367-75.
                  Cleary TG. Salmonella. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Eds. Nelson Textbook of Pediatrics, edisi 16. Philadelphia : WB Saunders, 2000:842-8.
                  Felsen J: The Salmonella infectin, in textbook of Internal Med.its theory and practice,8th ed.philadelphia,Lea febiger, 1951;162-78
                  Hadisaputro, soeharyono.1990.Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Perdarahan dan atau Perforasi Usus Pada Demam Tifoid.Semarang
                  Hook EW.:typhoid fever today,New Engl.j.of Med.1984;116-8

                  Kafiludin AKm, and Ahmed n.: Epidemiology of Typhoid an paratyphoid fever in Modern Epidemiologi. 1 st Banglades co. Book soc. Ltd. 125,Motijheel comircheal area Dacca-2,308-17,1973.
                  Tumbelaka AR, Retnosari S. Imunodiagnosis Demam Tifoid. Dalam : Kumpulan Naskah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLIV. Jakarta : BP FKUI, 2001:65-73.
                  Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soegijanto S, Ed. Ilmu Penyakit Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan, edisi 1. Jakarta : Salemba Medika, 2002:1-43.
                  Parry CM. Typhoid fever. N Engl J Med 2002;347(22):1770-82.

                  SARI ANDRIYANI
                  E2A009037
                  REG-1
                  FKM UNDIP

                  Tidak ada komentar:

                  Posting Komentar